Sekadar menelusuri jejak-jejak peradaban

Selamat Tinggal Tahun Penuh Air Mata | Kompas 31.12.2014

SEMBURAT sinar matahari pagi di hari terakhir 2014 baru saja pergi. Kita umat manusia bersiap menyongsong pancaran baru, tahun baru 2015 dengan asa baru menyambut kebahagiaan. Kata orang bijak, tak ada kekuatan yang lebih dahsyat selain harapan. Tentu, sebab bagaimanapun, kita akan meninggalkan 2014 yang sarat dengan duka, dengan darah dan air mata. Kita, bangsa Indonesia, mengakhiri 2014 dengan perasaan duka mendalam oleh musibah AirAsia QZ 8501. Sementara di bagian dunia lain, bencana kemanusiaan seakan menjadi bagian dari keseharian saudara-saudara kita di Suriah, Irak, Palestina, Pakistan, Nigeria, Sudan Selatan, Ukraina, dan sudut-sudut dunia lainnya. Munculnya fenomena kekejaman Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) serta Boko Haram di Nigeria menjadi tonggak, sinyal pengingat, betapa umat manusia masih harus terus berjuang keras melawan segala hal yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Harapan untuk menang melawan kejahatan dan kebatilan selalu ada, apalagi dengan terbitnya matahari di hari baru 2015. (JOY)

Api berkobar menyusul serangan udara koalisi internasional yang dipimpin
Amerika Serikat atas kota Kobani, Suriah, yang dikepung milisi Negara Islam di Irak dan
Suriah (NIIS), 18 Oktober. | Foto: REUTERS/KAI PFAFFENBACH
Salah seorang anak anggota keluarga Tayseer Al-Batsh, warga Gaza City
yang tewas dalam serangan udara pasukan Israel ke wilayah Jalur Gaza,
menangis dalam prosesi pemakaman di Gaza City, 13 Juli.
Israel menggempur Jalur Gaza selama 50 hari, salah satu episode
paling berdarah tahun ini. | Foto: REUTERS/MOHAMED SALEM
Bayangan pesawat P3 Orion milik Angkatan Udara Selandia Baru terlihat
di balik awan saat terbang di atas Samudra Hindia, 31 Maret.
Puluhan pesawat dan kapal dikerahkan untuk mencari pesawat MH 370
milik Malaysia Airlines yang hilang dalam penerbangan dari Kuala Lumpur,
Malaysia, ke Beijing, Tiongkok, 8 Maret 2014. Hingga sekarang,
pesawat itu belum ditemukan. | REUTERS/Rob Griffith
Warga minoritas Yazidi mengungsi dari kampung halaman mereka di Sinjar, Irak,
setelah diserbu militan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), 10 Agustus lalu.
Konflik bersenjata di seluruh dunia menyebabkan jumlah pengungsi melonjak, terbesar
sejak Perang Dunia II. | Foto: REUTERS

Sumber: Kompas edisi Rabu, 31 Desember 2014

Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

Cara Seo Blogger