Sekadar menelusuri jejak-jejak peradaban

Media Indonesia, Selasa, 22 November 2011

Tuesday, November 22 2011
In today's issue of Media Indonesia ePaper:
FRONT PAGE NEWS
Morning DispatchUji Kelayakan Calon Pimpinan KPK Kacau-balau
Spacer
Morning DispatchKPK Tangkap Tangan Jaksa dan Dua Swasta
Spacer
Morning DispatchEDITORIAL Kesatria untuk KPK
Spacer
Morning DispatchPAUSE Tidur dan Daya Ingat
Spacer
Morning DispatchTerima Kasih Garuda Muda
Spacer
Other pages in this editionEntire Edition
SpacerSpacerSpacer
OlahragaRead More
Spacer
Hiddink Bisa Gantikan Villas-Boas
Federer dan Nadal Raih Kemenangan Pertama
Bergkamp Cocok Gantikan Wenger
MegapolitanRead More
Spacer
Polisi belum juga Tangkap Tersangka Pembunuh
Mantan Penari Istana Gugat Presiden Rp7 Miliar
Pameran Perumahan Kokarmindo



EDITORIAL 
Kesatria untuk KPK


KOMISI Pemberantasan Korupsi di mata publik ialah lembaga super. Super dalam independensi dan karena itu diharapkan menjadi kesatria yang menegakkan keadilan dan kebenaran. 

Namun, sang kesatria mulai kehilangan rasa hormat dari publik justru karena pedang di tangan kesatria kian tumpul. Tumpul karena independensi KPK tidak lagi superior. Kooptasi terasa ada dan nyata. Kasus bailout Bank Century dan kasus Nazaruddin merupakan contoh yang sering diributkan publik betapa KPK tersandera oleh kooptasi kekuasaan dan uang. 

Kerinduan terhadap KPK yang independen dan tegas sekarang muncul dengan kuat di benak khalayak saat DPR menyeleksi calon pimpinan yang baru. Mereka ialah delapan nama yang lolos panitia seleksi tempo hari. 

Panitia seleksi merekomendasikan empat nama teratas untuk dipilih menjadi pemimpin KPK 2011-2015, melengkapi Busyro Muqoddas yang otomatis lolos. Namun, DPR berpendapat lain. Rekomendasi pansel tidak diterima begitu saja karena DPR memiliki standar penilaian sendiri. 

Politik pemberantasan korupsi kita memang indah di atas kertas. Bagus sebagai retorika, tapi kotor dalam praktik. Itu yang merusak keberanian dan independensi KPK sehingga lembaga itu perlahan-lahan ciut. 

Kekuasaan dan uang ialah dua sumber kooptasi yang membunuh integritas. Uang bermain di belakang layar kekuasaan yang berporos di DPR dan eksekutif. Bila dua poros itu rajin membuat kekeruhan dengan menjadi kaki tangan uang, sekuat apa pun integritas pimpinan KPK akan jebol juga. Apalagi bila seleksi di DPR tidak mementingkan rekam jejak integritas para calon. 

Integritas menjadi mahapenting ketika kita ingin membangun kembali kredibilitas KPK sebagai kesatria perang melawan korupsi. Tidak ada guna bertengkar soal keharusan unsur polisi dan jaksa dalam pimpinan KPK. Calon-calon yang terindikasi memiliki belenggu kelembagaan, apalagi lembaga yang tidak kredibel karena korup, sebaiknya disingkirkan. 

Publik harus mencatat dengan serius komitmen partai politik melalui para wakil mereka di DPR tentang integritas. Dalam praktik, kepentingan partai terhadap lembaga penegakan hukum sangat subjektif, yaitu menjadi pembela para kader mereka yang terjebak korupsi. 

Karena itu, integritas dan semangat kesatria pimpinan KPK yang baru tidak bisa digantungkan terlalu besar pada dukungan kekuasaan dan politik di DPR. Perlu tokoh yang tidak peduli dengan kepentingan kuasa dan prestise individu untuk mengganyang para koruptor. 

Titik kontrolnya ada. Publik harus tahu kemudian menagih pimpinan KPK yang baru, kapan dan bagaimana mereka menyelesaikan kasus besar seperti Century dan Nazaruddin. Dua kasus itu sangat penting dijadikan titik kepercayaan karena menyangkut jaringan kekuasaan yang luas. 

Korupsi terus merajalela karena di negeri ini terlalu banyak tokoh yang berpura-pura sebagai kesatria. Lain di mulut, lain pula dalam tindakan.


PAUSE »


Tidur dan Daya Ingat


KUALITAS tidur ternyata tidak berpengaruh terhadap kemampuan daya ingat orang dewasa. Demikian kesimpulan pengamatan peneliti dari Universitas Massachusetts, AS, belum lama ini. 

Dalam penelitian tersebut, para ahli mengamati 25 remaja dan 24 orang dewasa yang diberi tes labirin secara virtual. Hasilnya tidak ada perubahan pada orang dewasa saat menyelesaikan materi tes dalam kondisi sudah cukup tidur dan tidak. Hal sebaliknya justru terjadi pada partisipan remaja. 

Peneliti Rebecca M Spencer mengatakan remaja yang telah cukup tidur mengalami jumlah kesalahan lebih sedikit jika dibandingkan dengan saat mereka tidak tidur terlebih dulu. (Health Day/*/X-5)

Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

Cara Seo Blogger