Sekadar menelusuri jejak-jejak peradaban

Media Indonesia, Sabtu, 5 November 2011

Saturday, November 5 2011
In today's issue of Media Indonesia ePaper:
FRONT PAGE NEWS
Morning DispatchPembangunan Manusia Indonesia tidak Serius
Spacer
Morning DispatchEDITORIAL - Mutu Manusia Indonesia
Spacer
Morning DispatchBonus Rp200 Juta bagi Peraih Emas
Spacer
Morning DispatchBanjir Meluas ke Jambi, Tim SAR Bekerja Keras
Spacer
Morning DispatchPAUSE Duduk dan Risiko Kanker
Spacer
Morning DispatchTIDAK TERBIT
Spacer
Other pages in this editionEntire Edition
SpacerSpacerSpacer
OlahragaRead More
Spacer
Huntelaar Retak Tulang Hidung
Wisma Atlet Siap Digunakan
Kesiapan Para Games Ditinjau
MegapolitanRead More
Spacer
Waspadai Hewan Kurban Penyakitan
Pelapor Pencurian Pulsa Dianiaya
Korban Imunisasi Bertambah

EDITORIAL » Mutu Manusia Indonesia
MAJU mundurnya sebuah bangsa sangat bergantung pada kualitas sumber manusianya. Semakin bermutu manusianya, semakin maju bangsa itu. Celakanya, mutu manusia di Republik ini masih tergolong buruk.
Terbukti, indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia merosot jauh ke posisi 124 dari 187 negara. Padahal, laporan PBB tentang indeks pembangunan manusia pada 2010 masih menempatkan Indonesia di peringkat 108 dari 169 negara.
IPM merupakan ukuran keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa dengan melihat tiga indikator utama, yakni pembangunan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Artinya, pembangunan yang dilakukan membuka peluang bagi penduduk untuk hidup lebih sehat, lebih berpendidikan, dan dapat hidup lebih layak.
Dengan peringkat seperti itu, di lingkup negara-negara ASEAN, Indonesia hanya menempati posisi keenam, di bawah Singapura (26), Brunei (33), Malaysia (61), Thailand (103), dan Filipina (112). Indonesia hanya lebih baik ketimbang negara-negara terbelakang di Asia Tenggara seperti Laos, Kamboja, dan Myanmar.
Celakanya, anjloknya peringkat IPM Indonesia itu bersumber dari sektor pendidikan. Padahal, untuk pendidikan, sejak tahun anggaran 2010 sudah digelontorkan dana 20% dari APBN sesuai dengan tuntutan konstitusi. Namun, fakta berbicara tingkat putus sekolah dan buta aksara masih tetap tinggi.
Di bidang kesehatan, kondisinya juga sama. Tingkat kematian ibu melahirkan dan buruknya pemenuhan gizi anak juga masih tergolong tinggi. Harus diakui, untuk menyediakan pangan saja bagi kebanyakan penduduk, kita masih terseok-seok.
Yang lebih celaka, pembangunan selama ini hanya mendorong munculnya komersialisasi sektor pendidikan dan kesehatan yang begitu hebat.
Akibatnya jelas, banyak anak bangsa ini, terutama kalangan bawah, yang kesulitan mendapatkan akses pendidikan dan kesehatan yang memadai.
Paradigma yang terlalu mengagungkan pertumbuhan ekonomi terbukti sudah usang. Target pertumbuhan ekonomi yang selalu dikejar tanpa memperhitungkan pertumbuhan kualitas manusia yang hendak dicapai jelas langkah yang keliru.
Kita tidak bangga bila pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi indeks pembangunan manusia kita merosot jauh. Kita bahkan mestinya malu besar karena Indonesia hanya lebih baik ketimbang Laos, Kamboja, dan Myanmar.

PAUSE » Duduk dan Risiko Kanker
HASIL penelitian ini menjadi peringatan bagi mereka yang duduk berjam-jam. Penelitian terbaru mengungkapkan terlalu lama duduk meningkatkan risiko kanker. Terutama kanker usus dan payudara. "Ada bukti meyakinkan bahwa fisik yang aktif dapat mengurangi risiko munculnya kedua kanker tersebut," ujar Christine Friedenreich, peneliti senior epidemiologis di Alberta Health Services-Cancer Care, Kalgari, Kanada.
Dia menjelaskan beraktivitas fisik selama 150 menit dalam sepekan, sesuai dengan anjuran kesehatan, tidak mengurangi risiko kanker jika sebagian besar waktu dihabiskan untuk duduk.(Healthday News/Hde/X-5)

HIBURAN » 


Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

Cara Seo Blogger