Sekadar menelusuri jejak-jejak peradaban

Media Indonesia, Rabu, 23 November 2011

Wednesday, November 23 2011
In today's issue of Media Indonesia ePaper:
FRONT PAGE NEWS
Morning DispatchKomisi III Berlebihan
Spacer
Morning DispatchEDITORIAL - Momentum Kebangkitan
Spacer
Morning DispatchJaksa Sistoyo Diduga Terima Suap Rp2,5 Miliar
Spacer
Morning DispatchPAUSE - Tangis dan Harga Diri
Spacer
Morning DispatchSampai Jumpa di Myanmar
Spacer
Other pages in this editionEntire Edition
SpacerSpacerSpacer
OlahragaRead More
Spacer
Malaga Raih Poin Penuh Kelima Beruntun
Djokovic Lewati Ujian Pertama, Murray Mulai Ragu
Hendri Janji Pertahankan Gelar
MegapolitanRead More
Spacer
Warga Kampung Pulo Harus Terjamin
Nasionalisme Renggut Nyawa sang Anak Band
LPSK Lindungi Pelapor Sedot Pulsa


EDITORIAL 

PERHELATAN SEA Games XXVI Jakarta-Palembang usai sudah. Kesuksesan ganda pun ditorehkan Indonesia, sebagai tuan rumah sekaligus juara umum. 

Sebagai tuan rumah, Indonesia berhasil menggelar seluruh pertandingan dengan lancar. Pergelaran yang bergulir sejak 11 November hingga kemarin itu terbilang mulus. 

Padahal, SEA Games kali ini sempat dihantui kecemasan lantaran karut-marutnya persiapan. Pembenahan arena dan sarana pendukung bahkan masih dilakukan dua hari menjelang hari H. Belum lagi korupsi pembangunan Wisma Atlet SEA Games yang amat menghebohkan. 

Kesuksesan penyelenggaraan kian lengkap dengan keberhasilan kontingen 'Merah Putih' sebagai yang terdepan dalam persaingan. Dari target awal 155 medali emas, Indonesia melambung tinggi dengan meraup 182 keping. Inilah kali pertama sejak 1997 Indonesia kembali mengukuhkan supremasi sebagai bangsa terhebat dalam olahraga se-Asia Tenggara. 

Sayangnya, ada cacat yang melekat karena kita lagi-lagi gagal merengkuh emas sepak bola. Di final cabang paling berpamor itu, 'Garuda Muda' harus mengakui keunggulan Malaysia lewat adu penalti. 

Kendati begitu, kita tetap pantas mengapresiasi kiprah seluruh atlet. Mereka sudah mati-matian berjuang, menguji mental menguras stamina demi berkumandangnya Indonesia Raya dan berkibarnya Merah Putih. 

Kita juga patut salut atas dukungan luar biasa dari seluruh rakyat. Di tengah kian tergerusnya semangat kebangsaan, olahraga mampu membangunkan kembali rasa nasionalisme. Sekat-sekat sosial, etnik, dan suku luruh menjadi satu demi kejayaan negeri ini. 

Lepas dari insiden tewasnya dua suporter akibat terinjak-injak pada final sepak bola, kita boleh berbangga dengan perilaku pendukung Indonesia yang semakin dewasa. Tidak adanya kerusuhan ketika kesebelasan Indonesia dipecundangi Malaysia sungguh menyejukkan. Itulah bukti nyata bahwa bangsa ini bangsa yang santun, bangsa yang beradab. 

Pesta SEA Games sudah usai, tetapi tugas untuk melejitkan prestasi ke ajang yang lebih bergengsi baru dimulai. Kuncinya cuma satu, yakni konsistensi, termasuk mengoptimalkan fasilitas olahraga untuk pembinaan. 

Jakabaring Sport City di Palembang, misalnya, dibangun dengan biaya Rp2,2 triliun sebagai kawasan olahraga sehingga peruntukannya pun hanya olahraga. Bukan untuk yang lain, seperti Gelora Bung Karno Senayan yang kian berubah wajah dari kawasan olahraga menjadi kawasan bisnis karena ketamakan konglomerat dan kerakusan pejabat. 

Kita juga tidak ingin Jakabaring Sport City bernasib sama dengan arena PON 2008 di Kalimantan Timur. Arena berbiaya triliunan rupiah itu cuma megah sesaat kemudian tak terurus dan kini banyak yang mubazir. 

Kesuksesan di SEA Games XXVI merupakan momentum kebangkitan olahraga kita. 

Sebagai bangsa yang besar, Indonesia pantang terpenjara dalam ambisi di level Asia Tenggara, tetapi seharusnya berbicara lebih lantang di Asia atau bahkan dunia

PAUSE »
Tangis dan Harga Diri
MENANGISLAH saat mengalami kekalahan. Menurut studi, menangis karena kesedihan akibat kekalahan dalam berolahraga ternyata lebih berharga daripada menahan air mata menetes. 

Tim periset dari Universitas Indiana, AS, meneliti pemain rugbi kampus. Partisipan penelitian yang rata-rata berusia 19 tahun itu menganggap pemain rugbi yang menangis akibat kekalahan memiliki harga diri lebih tinggi ketimbang pria tangguh yang menahan air matanya. 

Peneliti meminta pendapat 150 pemain rugbi dari dua perguruan tinggi atas kisah Jack, si pemain rugbi, yang menangis seusai kalah dalam pertandingan besar. Sebagian besar partisipan menganggap mereka akan mengalami hal yang sama bila berada dalam posisi Jack. (Livescience/DK/X-5)

ON THIS DAY



Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

Cara Seo Blogger