|
|
EDITORIAL » Obral Survei
PEMILU 2014 masih dalam hitungan tahun. Masa kampanye juga masih jauh dari hitungan hari. Namun, sejumlah lembaga survei mulai sibuk melakukan jajak pendapat soal siapa calon presiden (capres) terpopuler pada Pemilu 2014.
Bak pedagang kaki lima yang berteriak mengobral dagangan mereka, lembaga-lembaga survei tersebut saling sahut mengumumkan capres terpopuler versi lembaga mereka. Setidaknya ada tiga lembaga survei yang secara beruntun merilis hasil jajak pendapat terkait dengan nama-nama capres dan cawapres terpopuler pada 2014 dalam beberapa pekan terakhir ini.
Mereka ialah Jaringan Suara Indonesia (JSI), Reform Institute, dan Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS).
Hasil survei ketiga lembaga tersebut mencengangkan karena beda lembaga survei, beda pula nama capres yang mereka sebut paling diidamkan. Bahkan bisa terjadi, nama capres terpopuler versi satu lembaga tidak muncul sama sekali di lembaga lain.
Umpamanya hasil survei Reform Institute yang menempatkan Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto, Jusuf Kalla, Hidayat Nur Wahid, dan Ani Yudhoyono sebagai lima besar capres terpopuler.
Namun, nama Jusuf Kalla, Ani Yudhoyono, dan Hidayat Nur Wahid tidak muncul sama sekali pada hasil survei SSS yang justru menempatkan Prabowo Subianto, Mahfud MD, Sri Mulyani Indrawati, Aburizal Bakrie, dan KH Said Aqil Siradj sebagai lima capres terpopuler pada pilpres mendatang.
Nama berbeda disodorkan JSI sebagai capres terpopuler, yaitu Megawati, Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, Wiranto, dan Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Munculnya nama-nama capres terpopuler yang berbeda antara satu lembaga survei dan yang lain melahirkan pertanyaan soal objektivitas hasil jajak pendapat itu.
Apakah lembaga-lembaga survei tersebut betul-betul independen dan secara fair menyurvei seluruh nama capres?
Ataukah mereka secara sengaja memunculkan nama-nama tertentu dan menghilangkan nama yang lain dalam penelitian untuk kepentingan tertentu?
Ada yang mencurigai lembaga survei tersebut telah menjadi tunggangan capres tertentu untuk mendongkrak popularitas.
Ada pula yang menilai hasil survei bahkan menjadi alat kampanye terselubung dari capres tertentu.
Patut disayangkan apabila kecurigaan-kecurigaan tersebut menjadi realitas. Implikasinya masyarakat bisa menjadi apatis terhadap lembaga penelitian dan ilmu pengetahuan.
Karena itu, penting lembaga survei memberi penjelasan transparan kepada publik tentang sebuah survei. Termasuk, siapa yang membiayai.
Hal itu bertujuan menghindarkan hasil survei membentuk opini yang menyesatkan publik. Boleh-boleh saja seorang capres melakukan survei untuk mengukur tingkat keterpilihannya. Namun, menjadi tidak benar apabila hasil survei kemudian dipublikasikan seolah sebagai opini umum yang bebas pesanan.
Lembaga penelitian seharusnya tahu betul pentingnya kredibilitas dan etika dalam penelitian. Lebih mementingkan bisnis ketimbang kredibilitas sama saja dengan bunuh diri. Lembaga survei tidak boleh melacurkan fakta-fakta hanya untuk kepentingan tertentu
PAUSE » Semangka dan Kesehatan
PENELITIAN terbaru Universitas Kentucky, AS, mengungkapkan semangka mampu mengurangi risiko aterosklerosis (atherosclerosis), yakni proses penumpukan plak yang kemudian mengendap di dinding pembuluh darah merah (arteri) yang bisa mengakibatkan penderitanya meninggal mendadak.
Dalam penelitian itu, tim menggunakan tikus yang diberi minum jus semangka selama delapan minggu. Setelah minggu kedelapan, tikus-tikus itu memiliki berat badan lebih ringan dan sehat. "Ini (semangka) banyak manfaatnya bagi kesehatan," ujar pemimpin penelitian, Dr Sibu Saha.
Di AS, aterosklerosis menjadi penyebab kematian terbanyak. Hal tersebut diduga disebabkan buruknya pola makan dan kurangnya berolahraga. Biasanya gejalanya baru terlihat pada usia 40 tahun. (Sciencedaily/*/X-5)
ON THIS DAY »
1963: Ngo Dinh Diem Dihukum Mati
1951: Pasukan Inggris Tiba di Mesir
1947: Pesawat Raksasa Howard Hughes Mengudara