Sekadar menelusuri jejak-jejak peradaban

Media Indonesia, Jumat, 7 Oktober 2011

EDITORIAL » Bagai Orang di Pinggir Jalan
ANGGOTA DPR bak orang di pinggir jalan saja. Saat rapat konsultasi dengan KPK, Senin (3/10), mereka berteriak seolah berada di luar pagar kekuasaan legislatif.
Contohnya, Ketua Komisi III DPR Benny K Harman dari Partai Demokrat menyebut KPK sebagai teroris baru. Padahal, eksistensi KPK tidak jatuh dari langit, tetapi diatur undang-undang yang dibuat DPR.
Benny juga mempertanyakan permintaan anggaran yang dibutuhkan kejaksaan yang tidak dipenuhi, seakan anggaran itu dirampok KPK. Padahal, DPR yang punya hak bujet, bukan orang di pinggir jalan.
Contoh lain, Wakil Ketua Komisi III Azis Syamsuddin dari Partai Golkar mencecar KPK atas pemeriksaan pimpinan Badan Anggaran DPR. Ia mempersoalkan perbedaan pemeriksaan sebagai saksi dengan permintaan klarifikasi.
Padahal, DPR sendiri yang memberi KPK wewenang melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi yang mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat. Dalam hal yang meresahkan masyarakat, tidak soal apakah KPK melakukan pemeriksaan sebagai saksi atau hanya permintaan klarifikasi.
Begitulah, DPR yang bikin undang-undang dan memberi wewenang yang begitu luas kepada KPK, DPR pula yang mencak-mencak ketika undang-undang itu diterapkan.
Contoh paling hebat ialah Wakil Ketua Komisi III Fahri Hamzah dari Partai Keadilan Sejahtera. Ia tidak percaya di dalam demokrasi ada lembaga superbodi. Lah, siapa yang kasih kewenangan superbodi kepada KPK kalau bukan DPR melalui Undang-undang No 30 Tahun 2002?
Fahri bahkan menyatakan agar KPK dibubarkan. Siapakah yang berhak mencabut undang-undang? KPK tidak diatur dalam konstitusi. Kalau lembaga pemerintah yang menangani korupsi telah berfungsi secara efektif dan efisien dalam memberantas korupsi, DPR bisa membubarkan KPK. Logika tersebut termaktub di dalam undang-undang tentang KPK.
Jelas sekali Benny, Azis, dan Fahri geram dengan KPK. Jika mereka ingin membubarkan KPK, bubarkanlah lewat undang-undang. Bersikaplah layaknya anggota parlemen sejati, bukan parlemen jalanan yang berteriak-teriak dari luar pagar.

Pertanyaannya, apakah teriakan mereka itu juga teriakan Partai Demokrat, Partai Golkar, dan Partai Keadilan Sejahtera? Jika suara mereka bukan suara partai, seharusnya partai menindak mereka. Namun, sampai sekarang partai berkilah suara mereka merupakan suara pribadi. Padahal, tidak ada anggota DPR sebagai pribadi, dari calon independen, tetapi sebagai orang partai. Sebuah silat lidah yang juga dari pinggir jalan.

PAUSE » Anak, Diabetes, dan TV
SEORANG anak yang hobi menggunakan komputer dan menonton televisi berjam-jam berpotensi mengalami penyakit gula darah (diabetes) saat ia dewasa.
Demikian kesimpulan penelitian terhadap 296 anak di Jerman, baru-baru ini. Menurut penelitian itu, anak-anak yang menghabiskan lebih dari 4 jam sehari di depan komputer dan TV memiliki tingkat kandungan hemoglobin (Hb) A1C rata-rata mencapai 9,3%. Berdasarkan kesepakatan para ahli, tingkat level Hb A1C di kalangan anak-anak seharusnya di bawah 7%.
Peneliti menyarankan waktu maksimal bagi anak menatap komputer dan TV tidak lebih dari 2 jam dalam satu hari. (Reuters/*/X-5)

"Kematian Adalah Penemuan Terbaik Kehidupan"
-- Steve Jobs (1955-2011)

ON THIS DAY »
1960 : Debat Seru Kennedy dan Nixon
1950 : China Serang Tibet
1991 : Liz Taylor Menikahi Suami Ketujuh


Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

Cara Seo Blogger